SBY Sikapi Century Usai Paripurna DPR


JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan isyarat akan menyampaikan pidato terkait kasus Bank Century, setelah DPR mengambil sikap dalam sidang paripurna pada 2 atau 3 Maret nanti.

Hal ini dikatakan SBY dalam dialog dengan para bankir di Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Senin (1/3/2010).

“Saya menunggu dalam kapasitas sebagai kepala pemerintahan, apa yang menjadi pikiran, pendapat, dan posisi dan DPR RI dalam satu dua tiga hari mendatang ini,” kata SBY saat menjawab pertanyaan sejumlah bankir mengenai penyelesaian kasus Bank Century.

“Saya akan merespons sesuai dengan ketentuan yang ada. Tidak mungkin tidak direspons oleh pemerintah,” lanjutnya.

Terhadap proses di DPR, Presiden menambahkan, penyelidikan oleh parlemen tidak termasuk kegiatan pro-justicia sebagaimana penyelidikan oleh Kepolisian atau Kejaksaan atau lembaga lain yang diberikan kewenangan penyelidikan oleh undang-undang.

“Ini harus gamblang betul, dengan demikian rakyat mendapatkan pemahaman yang utuh tentang itu semua,” tandasnya.

SBY menjelaskan, apapun hasil dari Dewan Perwakilan Rakyat nanti akan ada proses lanjutan oleh institusi lainnya. “Oleh karena itu, pemerintah menunggu posisi DPR atas apa yang dilakukan pemerintah terhadap Bank Century,” tegasnya.(kem)

sumber : http://news.okezone.com/read/2010/03/01/339/308030/sby-sikapi-century-usai-paripurna-dpr

Sri Mulyani Harap Hasil Pansus Century Baik


JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani berharap hasil rapat paripurna Panitia Khusus Angket Bank Century yang akan digelar pada 2-3 Maret menghasilkan keputusan yang terbaik bagi semua pihak.

"Yang baik saja," ujarnya sambil tersenyum simpul, seusai rapat koordinasi mengenai kunjungan Kepresidenan ke Australia dan Papua Nugini, di kantor Menko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (2/3/2010).

Dalam kesempatan tersebut, Menkeu terlihat santai dalam balutan terusan batik berwarna hijau dan sesekali tersenyum. Semenjak namanya disebut-sebut sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab terhadap keputusan bailout Bank Century senilai Rp6,7 triliun, dirinya justru terlihat lebih santai dan tenang.

Sama sekali tidak ada ketegangan di wajahnya menghadapi sidang Paripurna DPR RI terkait kesimpulan akhir Panitia Khusus Angket Bank Century pada hari ini. Setelah memberikan sedikit keterangan pada wartawan, Menkeu pun melangkah masuk menuju mobilnya.

Sebagaimana diketahui, hari ini DPR RI menggelar Paripurna untuk membahas kesimpulan akhir Pansus Bank Century. Kesimpulan akhir tesebut akan menjadi rekomendasi selanjutnya untuk menentukan langkah hukum dalam kasus bailout terhadap bank Century.(ade)

sumber : http://economy.okezone.com/read/2010/03/02/320/308202/sri-mulyani-harap-hasil-pansus-century-baik

Sri Mulyani Harap Hasil Pansus Century Baik

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani berharap hasil rapat paripurna Panitia Khusus Angket Bank Century yang akan digelar pada 2-3 Maret menghasilkan keputusan yang terbaik bagi semua pihak.

"Yang baik saja," ujarnya sambil tersenyum simpul, seusai rapat koordinasi mengenai kunjungan Kepresidenan ke Australia dan Papua Nugini, di kantor Menko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (2/3/2010).

Dalam kesempatan tersebut, Menkeu terlihat santai dalam balutan terusan batik berwarna hijau dan sesekali tersenyum. Semenjak namanya disebut-sebut sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab terhadap keputusan bailout Bank Century senilai Rp6,7 triliun, dirinya justru terlihat lebih santai dan tenang.

Sama sekali tidak ada ketegangan di wajahnya menghadapi sidang Paripurna DPR RI terkait kesimpulan akhir Panitia Khusus Angket Bank Century pada hari ini. Setelah memberikan sedikit keterangan pada wartawan, Menkeu pun melangkah masuk menuju mobilnya.

Sebagaimana diketahui, hari ini DPR RI menggelar Paripurna untuk membahas kesimpulan akhir Pansus Bank Century. Kesimpulan akhir tesebut akan menjadi rekomendasi selanjutnya untuk menentukan langkah hukum dalam kasus bailout terhadap bank Century.(ade)

sumber : http://economy.okezone.com/read/2010/03/02/320/308202/sri-mulyani-harap-hasil-pansus-century-baik
Category: 1 komentar

Kenaikan Belanja Mestinya Mampu Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi

JAKARTA – Kenaikan belanja pemerintah sebagaimana diusulkan dalam RAPBN-P 2010 yang menyebabkan target defisit anggaran makin melebar semestinya mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Defisit anggaran yang direvisi meningkat ke angka Rp131,9 trilyun (2,1 persen dari PDB) dari Rp98 triliun (1,6 persen dari PDB).

CIMB Niaga sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding dengan proyeksi pemerintah yaitu mencapai 5,8 persen.

“Namun, pemerintah mempertahankan prakiraan pertumbuhan ekonomi pada 5,5 persen untuk tahun ini, mendekati prakiraan kami sebesar 5,8 persen,” jelas Ekonom CIMB Niaga, Winang Budoyo dalam keterangan tertulisnya yang dikutip okezone di Jakarta, Minggu (14/3/2010).

Dalam RAPBN-P 2010, total pendapatan dan hibah diperkirakan akan mencapai Rp 974,8 triliun, sedangkan total pengeluaran akan mencapai Rp 1.105,5 triliun (naik masing-masing sebesar 2,65 dan 5,6 persen).

Sementara itu, rasio penerimaan pajak direvisi turun hingga 11,7 persen karena prakiraan PDB yang naik disertai diturunkannya perkiraan pemasukan pajak untuk 2010. Penurunan perkiraan pajak disebabkan pengubahan baseline, dari semula menggunakan asumsi APBN 2009, menjadi memakai realisasi penerimaan pajak 2009 yang lebih rendah dari sasaran. Penerimaan pajak 2010 diasumsikan akan mencapai Rp733,2 triliun, naik dari realisasi pajak sebesar Rp 641,4 triliun pada 2009.

Anggaran 2010 yang telah direvisi memberi tambahan ruang untuk ekspansi kebijakan fiskal hingga 5,6 persen atau ekuivalen dengan Rp58,9 triliun. Pendanaan subsidi ditingkatkan sebesar Rp42 triliun, kebanyakan untuk subsidi BBM, karena pemerintah hendak mempertahankan harga BBM dalam negeri dengan mengantisipasi kenaikan harga minyak global. Pembelanjaan infrastruktur naik 15 persen, dibarengi kenaikan pengeluaran untuk sektor pendidikan sebesar 5 persen. Kedua sektor ini dianggap menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.

Adapun penambahan anggaran belanja akan ditujukan untuk peningkatan infrastruktur dan pendidikan, yang merupakan fondasi pertumbuhan ekonomi. Pemerintah juga menaikkan anggaran subsidi bahan bakar, listrik, dan bahan-bahan pokok guna stabilisasi harga. Anggaran untuk subsidi pajak juga dinaikkan untuk memberi stimulus pada beberapa industri penting sesuai program-program yang telah dicanangkan pemerintah.
Sementara itu rencana pemerintah untuk menaikkan harga gas dan tarif dasar listrik (TDL) pada pertengahan 2010 juga sebagai dasar kemungkinan peningkatan angka inflasi tahun 2010.

“Pemerintah menaikkan ramalan inflasi 2010 dari 5,0 persen menjadi 5,7 persen yang sedikit lebih rendah dibandingkan prakiraan kami sebesar 6,3 persen. Rupiah diperkirakan akan berada pada posisi rata-rata Rp9.500 per dollar AS selama 2010, sesuai prakiraan kami,”jelasnya.

Sementara itu, untuk menutupi defisit Pemerintah akan terus memanfaatkan sumber-sumber pendanaan dalam negeri. Menurutnya, debt to GDP ratio Indonesia yang makin menurun dari 32 persen pada 2009 ke 28 persen pada 2010.

Sementara itu Sisa lebih penggunaan anggaran (SILPA) dari APBN 2009 yang cukup besar juga akan digunakan untuk membiayai anggaran belanja tambahan tahun 2010.

“Peningkatan defisit akan kebanyakan dibiayai dari sumber domestik, karena masih tingginya permintaan dalam negeri atas surat berharga negara. Tingkat debt to GDP ratio yang menurun dari 32 persen pada 2009 hingga 28 persen pada 2010 memberi ruang bagi Indonesia untuk meminjam lebih banyak dari dalam maupun luar negeri. Peningkatan rating Indonesia oleh Fitch Ratings lebih meningkatkan kelayakan kredit Indonesia di mata investor asing,” tandasnya.(adn)

Sumber : (rhs)
http://economy.okezone.com/read/2010/03/14/20/312434/kenaikan-belanja-mestinya-mampu-tingkatkan-pertumbuhan-ekonomi

Pemboikotan Sri Mulyani di DPR Tidak Elegan



JAKARTA - Wacana pemboikotan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam tiap sidang yang digelar DPR, merupakan suatu perbuatan yang tidak elegan dan pembelajaran politik yang negatif kepada masyarakat.
“Semua pihak, baik itu DPR dan pemerintah harus saling menghargai. Dan memberikan pelajaran politik yang elegan kepada masyarakat,” ujar Suhendra Ratu Prawiranegara, pengamat & pendiri HIJ'D Insitute saat dihubungi wartawan, Minggu (14/3/2010).

Suhendra menambahkan bahwa ada kepentingan terselubung di balik desakan pemboikotan dan pencopotan Sri Mulyani. “Bisa saja kader partai tersebut yang mau menggantikannya,” sambungnya.

Menurutnya, negara dibangun berlandaskan konstitusi hukum dan Sri Mulyani bekerja berdasarkan UU Kementerian Negara Nomor 39 tahun 2008 & UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Sementara DPR juga bekerja dilandaskan pada UU.

“Menurut hemat saya, toh juga Sri Mulyani secara hukum belum dinyatakan bersalah dalam kasus Century, jadi biarkan proses hukum berjalan,” tandas dia.

Seyogyanya, kata Suhendra, tugas masing-masing pihak dijalankan sesuai tanggung jawabnya, tidak pada berdasar suka atau tidak suka dan saling menjatuhkan.

“Akhirnya masyarakat juga yang menanggung akibatnya. Artinya, memang secara proses politik betul legitimasi Sri Mulyani diragukan pascaputusan Paripurna DPR. Tapi itu kan baru awal dari keputusan politik di DPR. Semua muaranya pada proses hukum,” tuturnya.

Lebih lanjut dia menuturkan, negara berlandaskan pada hukum bukan berlandaskan politik atau agama. Negara menjamin setiap warga negaranya dalam hukum.

“Ini pun berlaku buat Sri Mulyani,” tukasnya.
(lsi)
http://news.okezone.com/read/2010/03/14/339/312457/pemboikotan-sri-mulyani-di-dpr-tidak-elegan

Memahami Statistik Ekonomi: Inflasi Turun, Daya Beli Meningkat?


Seorang kawan pernah meluapkan kekecewaan pada statistik pemerintah yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dia marah dan mengatakan bahwa data BPS ngawur dan BPS tidak melihat kondisi lapangan.

”Baca di koran enggak? Katanya, angka inflasi turun, dari 0,84 persen pada Januari 2010 ke 0,30 persen pada Februari 2010. Padahal, di pasar harga-harga tetap naik. Kalau Anda tidak percaya, ayo kita ke pasar!” Saya mencoba menenangkan teman saya ini. Saya katakan ke teman tersebut bahwa sekarang sudah memasuki Maret 2010. Data yang diumumkan BPS itu untuk Februari 2010.

Dengan begitu, kita tidak bisa mencocokkan data BPS itu dengan yang sekarang terjadi di pasar. ”Baik. Kalau begitu, Anda percaya saja pada saya. Hampir setiap minggu saya pergi ke pasar. Bulan lalu saya juga ke pasar. Dan bulan lalu pun saya melihat kenaikan harga itu. Nah, apakah ini cocok dengan data BPS?” Saya bertanya kepada teman tersebut, apa saja yang dia beli bulan lalu.

Teman saya agak meradang dengan pertanyaan saya. ”Tentu saja saya beli beras. Juga cabai rawit, yang jadi hobi saya. ”Anda beli ikan segar dan telur ayam ras atau tidak?” ujar saya. "Tentu saja tidak, saya vegetarian. "Lalu, ada apa? Anda beli minyak goreng?” tandas saya lagi. ”Saya mengikuti pola hidup sehat, saya jarang menggoreng.” ”Bulan lalu, Anda membeli pakaian atau tidak?” ”Saya orangnya sederhana. Tidak berhobi membeli pakaian. Bulan lalu saya sama sekali tidak membeli pakaian. Pertanyaan Anda makin aneh saja!” ”Beli emas?”

”Pertanyaan apa lagi ini. Saya tak punya uang untuk membeli emas.” Melihat teman saya makin kesal dengan pertanyaan saya, saya pun kemudian mengatakan kepadanya bahwa kebetulan sekali barang-barang yang tidak dia konsumsi (ikan segar, telur ayam ras, minyak goreng, pakaian, dan emas) sedang mengalami penurunan harga pada Februari.

Celakanya, harga beras dan cabai rawit, yang dia konsumsi, justru meningkat banyak. Saya katakan kepadanya bahwa dia kesal pada data BPS karena dia mengonsumsi barang-barang yang harganya naik. Kebetulan pula dia menyewa rumah dan sewa rumah memang naik pada Februari.

Teman saya terdiam, tetapi dia tampak sangat tidak puas. Dia paham bahwa angka inflasi 0,30 persen pada Februari 2010 itu angka rata-rata. Yang turun dari Januari ke Februari adalah angka rata-rata. Tiba-tiba dia mengalihkan persoalan. ”Anda ingat tidak bahwa angka inflasi pada 2009 jauh lebih rendah daripada angka inflasi pada 2008?” ”Ya, ingat. Inflasi mencapai 11,06 persen pada 2008, kemudian turun drastis menjadi 2,78 persen pada 2009.” ”Jadi,rata-rata harga pada 2009 jauh lebih rendah daripada pada 2008 bukan?” tanya teman saya dengan tertawa yang setengah mencemooh. ”Oh.Tidak.” ”Kalau begitu, benar kan bahwa BPS ngawur,” kata teman saya dengan senyum lebar.

Saya kemudian menjelaskan bahwa angka inflasi menunjukkan rata-rata kenaikan harga. Angka inflasi bukanlah rata-rata harga, melainkan rata-rata kenaikan harga. Kalau inflasi turun, yang turun adalah kenaikannya. Selama masih naik, walau kenaikannya turun, harga tentu terus menjadi lebih mahal. Itulah yang menyebabkan tampak ada ”ketidakcocokan” di statistik dan di pasar.

Inflasi yang menurun memang tidak mengatakan harga yang menurun. Selama masih ada inflasi (selama inflasi masih positif), harga masih akan naik terus. Teman saya terdiam.

Mencoba merenung, perbedaan antara kenaikan harga dan harga itu sendiri. Penurunan inflasi berarti penurunan kenaikan harga, sedangkan harga itu sendiri masih meningkat. Contoh lain yang amat mencolok adalah yang terjadi pada 2005 dan 2006. Angka inflasi turun amat drastis dari 17,11 persen pada 2005 menjadi 6,60 persen pada 2006.

Harga turun dengan drastis? Daya beli masyarakat meningkat? Karena inflasi masih positif, rata-rata harga pada Desember 2006 hampir 25 persen lebih tinggi daripada rata-rata pada Januari 2005. Kalau tidak ada peningkatan dalam pendapatan,daya beli masyarakat justru menurun. BPS tidak salah karena di seluruh dunia inflasi memang menunjukkan kenaikan harga, bukan harga itu sendiri.

Teman saya mengangguk-angguk. Dia paham mengenai statistik inflasi. BPS tidak salah. ”Tetapi,” teman saya masih penasaran, ”Tidak perlukah kita menyajikan statistik yang lain agar kita dapat lebih memahami harga dan daya beli masyarakat?” Dia mengatakan bahwa kita perlu statistik selain inflasi. Selama ini dia selalu mengira bahwa inflasi yang turun berarti harga yang turun.

Menurut dia, banyak orang lain yang berpikir seperti dia. Dia mengatakan, kalau bukan ekonom, tentu tidak akan tahu hal ini. Saya menimpali, ”Ada juga ekonom yang tidak tahu hal itu.......Tetapi, mestinya itu hanya kebetulan saja.” ”Aris, bagaimana kalau tiap bulan pemerintah juga mengatakan bahwa harga-harga tetap terus naik, dan tidak hanya mengatakan apakah inflasi turun atau naik. Harga dikatakan turun, bila inflasi negatif.”

”Menurut teori ekonomi, harga yang turun itu tanda ekonomi lesu. Jadi, harga yang menurun tidak baik untuk perekonomian,” saya mencoba menerangkan ke teman itu. ”Aris, Anda ini bicara apa? Tiap bulan harga naik. Tapi, honor yang saya peroleh dari mengajar tidak naik tiap bulan. Bahkan setahun atau dua tahun pun sering tidak naik. Kalaupun naik, itu bukan karena penyesuaian dengan kenaikan harga. Penghasilan saya hanya meningkat kalau saya mengajar lebih banyak. Maaf,saya bukan ekonom.” Saya terdiam. Tak dapat menjawab pertanyaan ini. Saya merenungi lagi semua teori ekonomi yang pernah saya pelajari.

Memang kita perlu mempelajari lagi (re-learn) teori ekonomi. Kita perlu teman-teman yang bukan ekonom untuk memberikan pertanyaan fundamental untuk memaksa para ekonom (termasuk saya) mengkaji ulang ”dogma” yang sering kita pelajari, termasuk statistik yang kita pakai.

Mungkin ada baiknya bila para ekonom mencoba ”memasyarakatkan” konsep ekonomi secara luas agar para bukan ekonom (dan juga ekonom) tidak menyalahartikan statistik ekonomi. Setiap pengumuman statistik ekonomi perlu penjelasan mengenai apa yang diperlihatkan statistik itu. Inflasi adalah salah satu contoh.
demikian pendapat ARIS ANANTA, Ekonom

sumber : www.okezone.com

Mengenal Perilaku Konsumen

Perilaku Konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka.
Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.
Analisis tentang berbagai faktor yang berdampak pada perilaku konsumen menjadi dasar dalam pengembangan strategi pemasaran. Ya, pemasar wajib memahami konsumen, seperti apa yang dibutuhkan, apa seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil keputusan.
Alasan mempelajari perilaku konsumen antara lain :
1. Analisis ini akan membantu para manajer untuk :
a. Mendesain bauran pemasaran
b. Mensegmen pasar bisnis
c. Memposisikan dan mendiferensiasikan produk
d. Melaksanakan analisis lingkungan
e. Mengembangkan studi riset pasar
2. Perilaku konsumen harus memainkan peranan yang penting dalam pengembangan kebijakan publik
3. Studi terhadap hal ini akan memungkinkan seseorang menjadi konsumen yang lebih efektif
4. Analisis konsumen memberikan pengetahuan menyeluruh tentang perilaku manusia
5. Studi perilaku konsumen juga memberikan tiga jenis informasi :
a. Orientasi Konsumen
b. Fakta-fakta tentang perilaku manusia

c. Teori-teori yang menjadi pedoman proses pemikiran
Terkait dengan perilaku konsumen, maka terkait pula dengan prinsip 5W+1H :
• Why : Mengapa mendapatkan barang/jasa tersebut ?
• What : Berupa apa barang/jasa tersebut ?
• Who : Siapa yang mendapatkan barang/jasa itu ?
• When : Kapan bisa didapatkan barang/jasa tersebut ?
• Where : Dimana barang/jasa tersebut bisa didapatkan ?
• How : Bagaimana barang/jasa tersebut didapatkan ?
Berikut contoh perumpamaannya : Roy, mahasiswa universitas swasta terkenal di Jakarta (Who) ingin membeli (How) Nokia E90 (What). Ia ingin membelinya karena HP teman-teman Roy canggih semua (Why).
Ia berencana membelinya akhir minggu ini setelah mendapatkan uang saku dari orang tua (When) di pusat perdagangan HP di dekat kampusnya (Where). Nah, mempelajari 5W+1 H ini merupakan inti dari Perilaku Konsumen.
Menurut James F. Engel - Roger D. Blackwell - Paul W. Miniard dalam Saladin terdapat tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
• Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.
• Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.
• Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam penambilan keputusan pembelian.
Tentang Penulis: AsianBrain.com Content Team. Asian Brain adalah pusat pendidikan Internet Marketing PERTAMA & TERBAIK di Indonesia. Didirikan oleh Anne Ahira yang kini menjadi ICON Internet Marketing Indonesia.

Sumber : www.AsianBrain.com

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN DENGAN KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PT……. TAHUN 2008-2009.

Pas baca judul diatas pasti udah pada tau kan itu berhubungan sama apa?

yup.. judul diatas adalah judul PI (Penelitian Ilmiah) yang bakalan gw ambil, sebagai persyaratan dari kampus gw buat yang udah memasuki jenjang D3.



sebelum gw kasih tau alasan gw ambil judul itu mending kita bahas aja deh apa itu koreksi fiskal,,
Dalam periode berjalan sebuah badan pasti telah membuat suatu laporan keuangan yang termasuk didalamnya laporan laba rugi yang memuat penghasilan, biaya, dan laba rugi. Seluruh penghasilan dan biaya yang terjadi dalam perusahaan perlu dilaporkan semua sehingga dalam menghitung pajak penghasilannya perlu dilakukan sebuah koreksi atau pos-pos yang tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan PPh Badan. Koreksi yang dilakukan tersebut biasanya disebut koreksi fiskal. Penghitungan PPh diakhir tahun bagi Wajib Pajak Badan didasarkan atas laporan keuangan Fiskal (Laba Rugi Fiskal). Laba rugi fiskal disusun berdasarkan Laba Rugi Komersial yang telah disesuaikan dengan peraturan perpajakan (melalui rekonsiliasi). Rekonsiliasi (penyesuaian) tersebut akan berakibat adanya koreksi fiskal

Nah sampe disitu udah agak paham kan?

Penelitian ilmiah ini masuk dalam kategori fenomena bisnis, kenapa?

Karena menurut pengetahuan gw selama ini, banyak perusahaan - perusahaan yang menggelapkan System pajak, banyak yang berlomba-lomba memperkecil jumlah pajak terutang perusahaan Mereka dengan memanipulasi data laporan keuangan perusahaan. truss kalau dalam cara akuntansi, semua biaya diperhitungkan dalam laporan laba rugi,padahal didalam biaya-biaya itu ada juga yang bukan merupakan biaya operasional perusahaan, melainkan biaya pribadi. contohnya gini, dalam laporan laba rugi ada biaya pemeliharaan kendaraan, padahal dalam biaya pemeliharaan kendaraan itu ada kendaraan yang sifatnya milik perusahaan dan yang sifatnya milik pribadi. padahal secara perpajakan hal itu harus dipisahkan. makanya disini kita perlu memisahkan sifat kepemilikan itu dengan cara melakukan koreksi fiskal atas laporan keuangan suatu perusahaan.



kuranng lebih sih gitu kenapa gw milih materi ini untuk PI gw... :p