JAKARTA – Kenaikan belanja pemerintah sebagaimana diusulkan dalam RAPBN-P 2010 yang menyebabkan target defisit anggaran makin melebar semestinya mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Defisit anggaran yang direvisi meningkat ke angka Rp131,9 trilyun (2,1 persen dari PDB) dari Rp98 triliun (1,6 persen dari PDB).CIMB Niaga sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding dengan proyeksi pemerintah yaitu mencapai 5,8 persen.
“Namun, pemerintah mempertahankan prakiraan pertumbuhan ekonomi pada 5,5 persen untuk tahun ini, mendekati prakiraan kami sebesar 5,8 persen,” jelas Ekonom CIMB Niaga, Winang Budoyo dalam keterangan tertulisnya yang dikutip okezone di Jakarta, Minggu (14/3/2010).
Dalam RAPBN-P 2010, total pendapatan dan hibah diperkirakan akan mencapai Rp 974,8 triliun, sedangkan total pengeluaran akan mencapai Rp 1.105,5 triliun (naik masing-masing sebesar 2,65 dan 5,6 persen).
Sementara itu, rasio penerimaan pajak direvisi turun hingga 11,7 persen karena prakiraan PDB yang naik disertai diturunkannya perkiraan pemasukan pajak untuk 2010. Penurunan perkiraan pajak disebabkan pengubahan baseline, dari semula menggunakan asumsi APBN 2009, menjadi memakai realisasi penerimaan pajak 2009 yang lebih rendah dari sasaran. Penerimaan pajak 2010 diasumsikan akan mencapai Rp733,2 triliun, naik dari realisasi pajak sebesar Rp 641,4 triliun pada 2009.
Anggaran 2010 yang telah direvisi memberi tambahan ruang untuk ekspansi kebijakan fiskal hingga 5,6 persen atau ekuivalen dengan Rp58,9 triliun. Pendanaan subsidi ditingkatkan sebesar Rp42 triliun, kebanyakan untuk subsidi BBM, karena pemerintah hendak mempertahankan harga BBM dalam negeri dengan mengantisipasi kenaikan harga minyak global. Pembelanjaan infrastruktur naik 15 persen, dibarengi kenaikan pengeluaran untuk sektor pendidikan sebesar 5 persen. Kedua sektor ini dianggap menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.
Adapun penambahan anggaran belanja akan ditujukan untuk peningkatan infrastruktur dan pendidikan, yang merupakan fondasi pertumbuhan ekonomi. Pemerintah juga menaikkan anggaran subsidi bahan bakar, listrik, dan bahan-bahan pokok guna stabilisasi harga. Anggaran untuk subsidi pajak juga dinaikkan untuk memberi stimulus pada beberapa industri penting sesuai program-program yang telah dicanangkan pemerintah.
Sementara itu rencana pemerintah untuk menaikkan harga gas dan tarif dasar listrik (TDL) pada pertengahan 2010 juga sebagai dasar kemungkinan peningkatan angka inflasi tahun 2010.
“Pemerintah menaikkan ramalan inflasi 2010 dari 5,0 persen menjadi 5,7 persen yang sedikit lebih rendah dibandingkan prakiraan kami sebesar 6,3 persen. Rupiah diperkirakan akan berada pada posisi rata-rata Rp9.500 per dollar AS selama 2010, sesuai prakiraan kami,”jelasnya.
Sementara itu, untuk menutupi defisit Pemerintah akan terus memanfaatkan sumber-sumber pendanaan dalam negeri. Menurutnya, debt to GDP ratio Indonesia yang makin menurun dari 32 persen pada 2009 ke 28 persen pada 2010.
Sementara itu Sisa lebih penggunaan anggaran (SILPA) dari APBN 2009 yang cukup besar juga akan digunakan untuk membiayai anggaran belanja tambahan tahun 2010.
“Peningkatan defisit akan kebanyakan dibiayai dari sumber domestik, karena masih tingginya permintaan dalam negeri atas surat berharga negara. Tingkat debt to GDP ratio yang menurun dari 32 persen pada 2009 hingga 28 persen pada 2010 memberi ruang bagi Indonesia untuk meminjam lebih banyak dari dalam maupun luar negeri. Peningkatan rating Indonesia oleh Fitch Ratings lebih meningkatkan kelayakan kredit Indonesia di mata investor asing,” tandasnya.(adn)
Sumber : (rhs)
http://economy.okezone.com/read/2010/03/14/20/312434/kenaikan-belanja-mestinya-mampu-tingkatkan-pertumbuhan-ekonomi
0 komentar:
Posting Komentar